Rabu, 14 September 2011

BUNDA ELISABETH GRUYTERS

Bunda Elisabeth Gruyters 

SEKILAS TENTANG BUNDA ELISABETH GRUYTERS
( Pendiri Tarekat Suster – suster cinta kasih St. Carolus Borromeus )

Beliau adalah seseorang yang mempunyai cita-cita dan kerinduan yang mendalam untuk mencintai dan mengabdi kepada Tuhan dengan tulus ikhlas dan sempurna, karena hidup yang telah dijalaninya penuh dengan kobaran Kasih Allah.


Dalam situasi mencekam kota Maastricht sesudah perang di abad 19, ibu yang suci ini sangat prihatin dan sedih akan ketidak pedulian orang-orang untuk memperhatikan nilai-nilai iman dan moral, tidak peduli akan keselamatan jiwanya, dan yang tidak perduli akan penderitaan sesamanya, maka dengan doa dan air mata, beliau memohon kepada Sang Illahi agar dikota Maastricht ini banya orang kembali kejalan yang benar dan mengabdi Allah yang penuh kasih. Dan beliau berdoa dalam hatinya, “ dengan aku atau tanpa aku asal tuhan dimuliakan dan sesame diabdi dengan tulus ikhlas dan sempurna ”. Baginya pengabdian kepada Allah adalah hal yang paling hakiki.

Maka dalam perziarahan hidupnya yang penuh tantangan, beliau yang dilahirkan di Desa Leut ( Belgia ) tanggal 1 November 1789 dari pasangan keluarga suci Bapak Nicolas Gruyters dan Ibu Maria Borde ini harus berjuang keras mewujudkan cita-cita dan kerinduannya untuk menjadi seorang biarawati, karena menurut panggilan hatinya, jalan yang paling mungkin untuk membalas kasih Allah secara nyata adalah dengan mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Yesus yang telah mencintainya sampai wafat di kayu salib.

Keterpesonaannya kepada Yesus yang tersalib, yang menunjukkan sikap bela ras Yesus akan penderitaan manusia, telah menyentuh hidupnya yang terdalam. Bunda Elisabeth mau mengorbankan apapun dan berani melalui tantangan apa saja demi mencari dan mewujudkan kehendak Allah yaitu panggilan suci untuk mengabdiNya.

Sikap Compassion ( bela rasa ) Yesus telah menjadi semangatnya juga untuk peduli akan penderitaan dan keselamatan sesama, bahkan beliau berani mengatakan “ keselamatan sesama sangat kupentingkan “.

Maka setelah 15-16 tahun beliau berdoa dengan mencucurkan air mata kepedihan, beliau mengalami penampakan Tuhan, saat beliau berdoa didepan patung keramat Bunda Maria tanggal 15 Agustus 1836, beliau mendengar jawaban akan kerinduan hatinya, jawaban dari surga itu, tidak lain adalah “ ITU AKAN TERJADI “. Jawaban Ilahi itu meneguhkan dan menghibur hati Bunda Elisabeth dan ternyata…. Beliau tidak hanya dipanggil Tuhan untuk menjadi seorang suster, tetapi didalam berbagai liku perziarahannya, beliaubahkan menjadi pendiri sebuah tarekat ( perkumpulan ) suster-suster cinta kasih yang berlindung dibawah St. Carolus Borromeus tanggal 29 April 1837.

Karya awalnya adalah mengumpulkan anak-anak miskin dan terlantar, dengan maksud membangun dasar rohani yang baik dalam batin mereka, anak-anak tersebut belajar agama, belajar berdoa, serta dibimbing agar memiliki semangat hidup yang suci.

Karya beliau bersama suster yang lain adalah pelayanan bagi mereka yang sakit di Rumah Sakit Calvariberg ( Maastricht ), mereka melayani para penderita dengan penuh cinta, sehingga bagi mereka yang akan menghadapi sakrat maut, dapat meninggal dengan damai karena telah menerima sakramen-sakramen suci.

Dan kini kharisma dan semangat hidupnya yang suci, hidup doanya yang mendalam serta kecintaannya akan Yesus yang tersalib telah berkembang dan mekar, dihidupi para suster CB maupun mitra kerja dalam karya dan pelayanan baik di bidang pendidikan, kesehatan, karya social, pastoral maupun pembinaan kaum muda.

Dalam semangat Bunda Elisabeth, para suster CB melaksanakan karya perutusan yang tersebar diberbagai tempat : Belanda, Belgia, Denmark, Amerika, Tanzania, Filiphina dan Indonesia. Para suster CB bersatu padu untuk menghayati Karisma Bunda Elisabeth yaitu “ Cinta tanpa syarat dan berbela rasa dari Yesus Kristus yang tersalib “ juga visi dan misinya yang kemudian dihidupi juga oleh anak-anak didik, dalam karya pendidikan Yayasan Pendidikan Tarakanita / Pendidikan Carolus Borromeus. Meskipun Bunda Elisabeth wafatdalam usia 75 tahun pada tanggal 26 Juni 1864, teladan dan semangat hidupnya tetap lestari dan buah-buah doanya tetap hidup, menjadi semangat generasi CB muda di jaman ini.
(SUMBER SMA ST CAROLUS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar dibawah Ini :